Sejarah dan Perkembangan Kapitalisme di Indonesia
Indonesia yang saat ini menganut Demokrasi Pancasila, tak urung dari
sistem kapitalisme yang terus berkembang. Kapitalisme erat hubungannya
dengan proses-proses ekonomi dan pengindustrian. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kapitalisme berarti sistem dan paham ekonomi yang
modalnya bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan swasta,
dengan ciri persaingan dalam pasar bebas. Sistem kapitalisme di
Indonesia tidak tumbuh begitu saja, melainkan melalui perjalanan sejarah
yang panjang. Seiring dengan perkembangan kapitalisme, rakyat Indonesia
pun dapat menilai bagaimana kapitalisme menguntungkan maupun merugikan
bangsa ini. Dalam tulisan ini, penulis akan memaparkan bagaimana susunan
kapital Indonesia berkembang pada awalnya, perkembangan kapitalisme
setelah Indonesia merdeka, serta bagiamana perkembangan kolonial
memengaruhi struktur kapital pasca Indonesia merdeka.
Kapitalisme awalnya tumbuh dan berasal dari Amerika Utara dan Eropa.
Menurut Tan Malaka (2008: 45), sistem kapitalisme di Indonesia masih
muda atau masih prematur karena negara Indonesia baru menggunakan mesin
untuk proses industri seperempat abad belakangan ini. Susunan kapital
Indonesia yang prematur ini dikarenakan penjajah yang terlalu lama
mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia, sehingga orang Indonesia
belum dapat menggunakan sumber daya alamnya dengan maksimal. Terdapat
beberapa faktor internal yang juga memengaruhi prematurnya sistem
kapitalisme di Indonesia. Faktor perbedaan bentang alam Indonesia,
misalnya. Pulau Jawa memiliki lebih banyak lahan pertanian dan Pulau
Sumatera memiliki lebih banyak lahan yang mengandung sumber daya alam,
seperti besi dan minyak tanah. Dengan demikian, mesin perindustrian
modern yang kini lebih berkembang di Pulau Jawa, sesungguhnya lebih
tepat jika digunakan untuk mengembangkan Pulau Sumatera. Selain itu,
sistem kapitalis menyebabkan perpindahan penduduk. Penduduk yang tadinya
berada di desa berpindah ke kota karena tingginya tingkat kebutuhan
tenaga kerja di kota-kota besar. Hal ini menyebabkan pertumbuhan
kapitalisme di Indonesia tidak merata. Susunan kapitalisme Indonesia
selanjutnya terus berkembang, namun tidak secara alami (Malaka, 2008:
48). Berbeda dengan Amerika Utara dan Eropa yang kapitalismenya muncul
dan berkembang secara alami, perkembangan kapitalisme di Indonesia
disebabkan oleh pengaruh penjajah asing yang mengeksploitasi kekayaan
Indonesia untuk memuaskan kepentingan pihak asing tersebut. Hal ini
menghasilkan kemajuan ekonomi Indonesia yang tidak teratur seperti
semestinya. Sampai saat ini, Indonesia belum dapat menghasilkan
barang-barang untuk penduduknya sendiri maupun untuk perdagangan luar
negeri. Mesin-mesin pertanian, keperluan rumah tangga, serta bahan-bahan
produksi yang dipakai oleh rakyat Indonesia mayoritas tidak dibuat oleh
tangan sendiri (Malaka, 2008: 49).
Kemerdekaan yang diperoleh bangsa Indonesia tak lantas membuat
kapitalisme di Indonesia hilang. Pada masa kemerdekaan dan pada masa
Orde Lama, ekonomi Indonesia lemah. Oleh sebab itu, pada masa Orde Baru,
Presiden Soeharto dengan rezimnya menerapkan kebijakan-kebijakan yang
ditujukan untuk pembangunan nasional dan kesejahteraan ekonomi. Dalam
praktiknya, rezim Soeharto membuat kapitalisme di Indonesia semakin
kuat. Pembangunan besar-besaran membuat para investor asing tertarik
untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Tatanan Orde Baru di bawah
pimpinan Presiden Soeharto mencerminkan suatu bentuk pemerintahan
oligarki yang menempatkan golongan-golongan dengan power yang kuat atau
penguasa sebagai pengambil keuntungan untuk memenuhi kepentingannya
(Robinson & Hadiz, 2004: 42-3). Dalam KTT APEC di Bogor tahun 1994,
Presiden Soeharto menyatakan bahwa siap atau tidak siap, Indonesia akan
memasuki perdagangan bebas. Momentum inilah yang menjadi cikal bakal
perdagangan bebas di Indonesia hingga kini. Para investor asing yang
membanjiri pasar usaha Indonesia semakin mendesak para investor pribumi.
Persaingan serta sistem pemerintahan oligarki menjadi sebab terjadinya
krisis ekonomi dan inflasi di tahun 1997-1998, hingga akhirnya Presiden
Soeharto mundur dari jabatannya (Pusat Penelitian Politik, 2009),
meninggalkan jejak-jejak kapitalisme di Indonesia.
Kapitalisme yang terus bertumbuh di Indonesia ini, tidak lepas dari
pengaruh kolonialisme Belanda. Kedatangan VOC sampai pada masa
diberlakukannya sistem tanam paksa merupakan akar dari kapitalisme di
Indonesia. Kekejaman sistem tanam paksa yang dilakukan Belanda merupakan
bentuk dari praktik kapitalisme, yakni Belanda yang memeras kekayaan
pribumi demi memenuhi kepentingan pemeritahannya pada saat itu. Keadaan
yang demikian disebut sebagai politik perampok bangsa Belanda. Politik
tersebut pula yang kemudian memusnahkan benih-benih industri bumiputera
modern (Malaka, 2008: 49). Setelah sistem tanam paksa dihapuskan dan
setelah kemerdekaan, kapitalisme di Indonesia berkembang dengan bentuk
imperialisme baru. Modal-modal asing mulai masuk ke Indonesia pada masa
Orde Baru, yang setelah beberapa waktu menimbulkan kesenjangan antara
masyarakat yang memiliki modal dengan yang tidak memiliki modal.
Meskipun perkembangan pembangunan dan ekonomi Indonesia semakin maju,
banyak dampak negatif yang bahkan dapat dirasakan sampai sekarang. Di
antaranya kesenjangan kelas-kelas sosial dan efek penyelewengan yang
dilakukan oleh Soeharto. Banyaknya modal yang masuk membuat Soeharto
memakai uang tersebut bukan lagi untuk rakyat melainkan untuk
kepentingannya sendiri. Pemikiran kolonialisme yang hanya menguntungkan
pihak-pihak tertentu dan memiskinkan pihak-pihak yang lain mencerminkan
dipengaruhinya kapitalisme Indonesia oleh kolonialisme Belanda.
Sampai saat ini, kapitalisme masih terus berkembang di Indonesia.
Kekayaan sumber daya Indonesia masih dieksploitasi oleh negara-negara
lain. Selain itu, terdapat banyak fenomena yang menggambarkan bahwa
kapitalisme masih eksis di Indonesia, di antaranya banyak pemilik modal
yang mengeruk kekayaan untuk kepentingannya sendiri sehingga menyebabkan
kesenjangan yang semakin besar antara kelas-kelas sosial yang ada.
Penulis menyimpulkan bahwa pada awalnya, struktur kapital di Indonesia
masih prematur atau rentan. Seiring berjalannya waktu, serta dengan
pengaruh yang datang dari luar maupun dalam Indonesia, kapitalisme terus
berkembang, bahkan sampai saat ini. Salah satu faktor yang memengaruhi
berkembangnya pemikiran dan praktik kapitalisme adalah ‘contoh’ yang
dapat kita lihat pada masa penjajahan Belanda. Menurut penulis,
perkembangan kapitalisme pada zaman modern ini juga terjadi karena
pengaruh neoliberalisme yang semakin kuat. Gencarnya pasar bebas dan
masalah Freeport adalah beberapa contoh semakin berkuasanya modal asing
di Indonesia.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar